PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Sunday, August 21, 2011

Kisah Tukang Sate & Bunga Kredit


Saat JK masih menjabat Wapres, beliau diundang untuk meresmikan pembukaan sebuah pasar. Sebelum acara pemukulan gong tanda diresmikannya operasional pasar tersebut, JK berkesempatan melakukan tanya jawab, beliau berjalan menuju kerumunan pedagang yang berada di pinggir tenda dan berbincang dengan salah seorang pedagang yang segera disodori mike oleh panitia.

"Kamu jualan apa ?"
"Sate pak...."
"Modal sendiri apa kredit ?"
"Kredit pak..."
"Darimana ?"
"Bank .....pak !" (sambil menyebut nama salah satu bank beken)
"Berapa bunganya ?"
"Tidak tahu pak..." (gerrr...disambut tawa hadirin)

Setelah jeda sejenak sambil senyum-senyum JK kembali bertanya:
"Berapa rupiah kredit kamu...?"
"Tigaratus ribu pak..." (suasana hening sejenak)
"per apa itu ?"
"per hari pak"
"Nah ini menarik..."tukas JK "...coba ceritakan, jangan ragu-ragu"
"Begini pak..., saya memang butuh modal untuk beli daging ayam sama kambing sebesar Rp 300 ribu..setiap harinya"
"Bagaimana dengan bumbu ?"
"Kalo itu, gampang pak, saya sudah punya langganan yang mau dibayar bulanan..."
"Oke, trus..."
"saya ditawari bank, untuk diberi kredit pagi-pagi sejumlah tersebut, lalu saya ditanya, apa malam hari saya sanggup kembalikan kredit plus bunganya Rp 330 ribu ?
Karena tiap malam hari setelah dagangan abis, rata-rata uang terkumpul di laci Rp 600 sampai Rp 800 ribu, maka bunga sebesar Rp 30 ribu, saya sanggupi pak..."

JK diam sejenak sambil manggut-manggut
"terima kasih, nama kamu siapa ?"
Setelah mendengar namanya dan bersalaman, JK menemui panitia dan nampak berbincang serius, beberapa pengusaha ikut mendekat termasuk gubernur setempat. Sejenak kemudian JK berjalan meninggalkan lokasi menuju mobilnya, beberapa wartawan yang bertanya tidak dijawabnya. Upacara peresmian batal, gara-gara bunga kredit yang terlalu tinggi 300 % sebulan.

P. Sugiyono yang menyeritakan kisah tersebut diatas kepada Penulis, menutup pembicaraannya dengan kalimat:"...disanalah keberadaan Pegadaian sangat dibutuhkan, dengan bunga rata-rata 1 % per bulan dan dana tersedia seketika..."

Saya diam tergugu dan menundukkan kepala, begitu besar harapan Indonesia kepada Pegadaian, belum satupun yang Penulis lakukan untuk menuju kearah sana.
"Ampuni hamba-Mu ya Maha Besar..."

Sugiyono memang bukanlah representasi dari Indonesia, meski ia lulusan terbaik MM Prasetya Mulya, walau ia tangan kanan konglomerat, meski ia punya akses ke BI dan Bappenas sekalipun, tetapi yang penting bukanlah siapa dia, tetapi seberapa besar harapannya atas Pegadaian mendapat respon dari sisi stratejik maupun implementasi di lapangan.

Mengapa saya jadi melankolis ?

Saat Pegadaian masih bernama Pandhuist, ia dikelola Penjajah untuk mengeruk kekayaan bangsa demi egoisme Pemerintah saat itu. Kini ia dikelola oleh manajemen yang berada dibawah Pemerintah Indonesia yang bertujuan utama "menyejahterakan rakyat" semestinyalah orientasi berpikirnya menuju kearah sana. Saat rakyat berbaju UKM membutuhkan dana murah dan instan, sudahkah Pegadaian siap melayaninya ?

Rekan-rekan pengelola UPC/cabang selindo sudah siapkah kalian merubah paradigma menaksir dari brbasis agunan menjadi plus berbasis karakter ? Jika setiap cabang selama setahun berhasil mencetak seorang pengusaha kecil saja, maka setiap tahun akan muncul 5000 pengusaha kecil baru. Betapa besar peran Pegadaian bagi pengembangan UKM dan kesejahteraan ekonomi rakyat.

Itulah sebabnya mengapa saya perlu mohon ampunan-Nya.


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter