PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Friday, February 08, 2008

Si INTAN - Diantara Dua Kutub


Budaya kerja di Pegadaian disebut si INTAN sebagai kepanjangan dari Inovatif, Nilai Moral Tinggi, Trampil, Adi Layanan, Nuansa Citra. Semua itu dijabarkan dalam budaya kerja sehari-hari. Dan inilah kutub yang kita mengerti hari lepas hari.

Dalam perjalanannya, agar si INTAN menjadi point of view sumber daya insani di Pegadaian sering terjadi hambatan antar sudut pandang. Sebagai contoh, pengerjaan panduan, pengawasan implementasi antara bidang budaya kerja dengan bidang operasional sering tidak ada kesesuaian, tumpang tindih dan bahkan terkesan saling mengedepankan kewenangan. Itulah kutub-kutub sudut pandang yang saya maksudkan.

Akibatnya, budaya kerja si INTAN hanya berhenti pada slogan belaka. Tak urung, staf ahli Meneg BUMN, Bapak Loso Yudianto, saat menutup Rakernas 9 Januari 2008 di hotel Borobudur, dengan sinis memlesetkan kepanjangan si INTAN menjadi:

Incumbent (bermental birokrat)
No Inovation (Inovasi mandek)
Tardy (Lambat yang menjurus ke 'too later to late')
Arrogant (sombong)
No longer life, bahasa betawinya : gak bakalan idup lama

Sedih memang, tapi selayaknya kita berterima kasih kepada beliau, sebab kita telah dibukakan kutub ekstrim lainnya selain yang kita mengerti dalam pengertian si Intan alinea pertama diatas. Apatah artinya punya budaya kerja mentereng, manakala dalam pelaksanaanya sudah tidak ada lagi 'reason of being BUMN'.

Solusinya, laksanakan dengan disiplin dan konsekuen !
Selaku bawahan, kita tdk boleh hanya teriak 'budaya kerja itu harus dimulai dari Atas'. Sebaliknya sebagai Atasan, kita juga tidak boleh hanya terpaku pada manual, video training dan pengawasan yang diperketat.

Panutan tetap jalan keluar terbaik.

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Standing Applaus untuk Bapak Loso Yusdianto..., selama ini kita hanya bermain dalam 'make up' terhadap budaya si INTAN..., sungguh...!!!!, kita hanya bertindak terhadap apa yang nampak..perilaku yang kasat mata kita respon dengan mentenggerkannya dengan norma si INTAN..jelas banyak 'discrepancy', jarang kita menengok 'How so far back of Kognitif Map'. Kita tidak tahu persis pola kognitif apa yang ada di kepala para insan Pegadaian dalam menyikapi si INTAN sehingga persepsi masing-masing 'kutub' sangat berbeda. Pernahkah kita membongkar itu..??? TIDAK..!!! hal ini bisa disebabkan karena ketidakmengertian atau karena AROGAN..., yang ada malah reaksi INSULTING....woww...Ajaib memang Pegadaian....

Salam Hangat
Darmawan - Balikpapan

9:30 AM  
Blogger Unknown said...

Salam Hangat Pak Kis dan Pak Darmawan, saya juga menulis secuil tulisan tentang sang pembentuk dan pembaharu budaya di

http://cireks@blogspot.com

pada posting tsb (bagian bawah) terdapat tulisan '...Peran pemimpin organisasi sebagai pembentuk budaya organisasi bukan hanya penting pada masa awal berdiri perusahaan, namun juga penting pada saat budaya organisasi yang ada perlu diperbarui. Pembaruan budaya organisasi dilakukan jika budaya yang ada sudah tidak relevan.....'

Widi Hartanta
asmen adm&PSDM Kanwilut Jakarta 10/03/2008

2:01 PM  
Blogger rullyyusuf168 said...

salam INTAN ... salam hangat...
tiga tahun sudah berselang ... tantangan perubahan budaya INTAN yang bagaimana hendak kita terjemahkan sudah mulai menampakkan wujudnya.
melalui mencetak Change Agent di 2009-2010; implementasi dilapangan; evaluasi implementasi pada Cange Agent Forum juni 2011; kemudian pelatihan TIB dan kini akan ada CULTURE FAIR di Januari 2012...
Setidaknya kesadaran akan peran penting Budaya bagi dinamika organisasi semakin tinggi. Suka tidak suka sadar ataupun tidak maka semua insan pegadaian bicara TIB Implementasi Budaya.....

sukses dan tetap semangat

Semarang, Januari 2012

1:24 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter