PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Thursday, March 01, 2007

ANTARA BECAK DAN TRUK - 1

Tidak sebanding memang; membandingkan truk dengan becak, apalagi dari sisi laju kecepatan dan jangkauannya. Jelas truk berfungsi sebagai angkutan antar kota, sedang becak antar jalan dalam kota. Yang satu beroperasi dengan mesin sedang satunya digerakkan tenaga manusia. Itupun semua pasti mahfum.

Namun bukan itu yang saya maksudkan. Saya mengajak membandingkan antara tulisan yang ada di ‘bokong truk’ dan tulisan yang ada di ‘slebor becak’. Bak truk bagian belakang berisi tulisan yang kadang membuat pembacanya tersenyum kecut.

Misalnya, ada truk yang ingin memerlihatkan bahwa diri sang sopir baik (ahh…betapa banyaknya orang yang ingin dianggap baik), maka truknya tertulis:
NEW FEAR THE ME IS 3 (Nyopir Demi isteri)
MER – 123 – LUCK (Mer-tu-wa-ga-lak)
Ber -217-an (Ber-dua satu tuju-an)
Jika sopir ingin mengingatkan pengemudi lain, bahwa truknya bermasalah, maka ditulislah
Jagalah Jandamu (artinya jagalah jarak anda)
Alone By Must (artinya Pelan saja Mas)
Be are the kill us all come f??k (Biar dekil asal kompak),
So Fear See ‘n think (sopir sinting)
Be Young Care Rock (Biang kerok)
Ada juga sopir truk machoistis, yang ada diotaknya hanya perempuan, maka tulisannya tidak jauh berkisar disana
Cintamu tak semurni bensinku
Cintamu tak setulus cinta Emak Gw
On Any Book Un Plumb pleasant (!!! bukan pelampiasan)
Bercinta di bis Berpisah di Terminal
Buronan Mertua
Ayu Adine. (Cantik adiknya)
Bahkan ada truk yang menyaingi trayek metro mini, dan ini hanya ada di Jakarta, tertulis
Janda Baru Nenen (trayek Juanda – Pasar Baru –Senen)
Jumat Kelabu (pasar Jumat – Pondok Labu)


Bagaimana dengan becak ?

Becak merupakan pantulan hidup bernilai, bermakna dan tujuan hidup mendasar dari wong kabur kanginan, yakni orang yang tidak berumah dan kadang tidur dijalanan.. Transedensi terbaca dari slebor becak mereka.

Tengoklah tulisan berbaca Waton Urip (sekadar hidup) Kendati memelas, bila didekati secara mendalam dari warung-warung tempat mereka melepas penat seraya mengudap jajanan dan menyeruput kopi. Meski hidup ala kadarnya tetapi bukan lalu hidup ngawur dan seenaknya sendiri, melainkan berani hidup tanpa memberontak terhadap kehidupan.

Bila slebor bertulis Banyu mili (air menetes) atau Lumintu yang memuat keyakinan kendati sedikit bak setetes air toh rezeki bakal mengalir tiada henti. Meski kadang, sikap itulah yang juga menjerumuskan mereka untuk berjudi meski pendapatan tidak menentu.

Sri Rahayu seperti halnya ‘nyopir demi isteri’ demikian pula tukang becak pun punya visi untuk membuktikan kesungguhannya dalam membesarkan dan melindungi anak perempuannya, sehingga mereka terhindarkan dari perjinahan. Meski ada juga yang mencari duit dengan licik menipu penumpangnya, bahkan memeras segala.

Dengan warna-warni cat mencolok, visi ornamental terpampang sederhana demikian:
Ningsih (ingin dicintai setiap orang)
Barokah (terberkati)
Prasojo (bersahaja)
Marem (penumpang diharap puas)
Bejo (beruntung)
Sami-sami (penerimaan dan pemberian diri tanpa syarat)
Gemah Ripah (menggambarkan rizki subur makmur bak sawah)
Slebor itu menggambarkan refleksi pandangan hidup jawa yang 'manggihaken kabegjan ing saklebeting kacingkrangan'. (menemukan kebahagiaan dalam ketidak berdayaan).

Jika Anda berdomisili di kota yang becaknya berslebor akan mudah membayangkan, tetapi bagaimana dengan becak yang tidak berslebor, seperti di Jakarta. Ada kalanya tanpa tulisan, tetapi ada juga yang bertuliskan, salah satu saya temui saat parkir tertulis demikian 'ini bukan cita cita, tapi nasib'. Nah loe !

Mengapa topik ini perlu diketengahkan disini ? Apa keterkaitannya dengan Pegadaian ? Banyak hal bisa diungkap. Namun tulisan ini akan saya buat dalam rangkaian. Antara Becak dan Truk -1 (ABT-1) berisi prolog ; ABT-2 berisi kajian VMV (Vision, Mission and Value); ABT-3 tentang kepemimpinan, gaya dan sikap hidup di perusahaan.

Namun ada hal penting yang perlu menjadi perhatian kita, bahwa pengetengahan topik ini bukan ikut-ikutan gaya politis praktis, yang suka mempolitisir kemiskinan untuk tujuan mengangkat harkat dan martabat golongan. Juga, tidak ada maksud truk lebih baik dari becak - vice versa - apapun analoginya !.

Selamat menikmati sajian ini, sambil menanya kepada diri, akan kita beri tulisan apa pada kendaraan kehidupan kita masing-masing ?.

(Terima kasih sobat S.Rachmadi atas forward emailnya berjudul ‘Kata Bijak Sopir’ yang mengilhami sebagian prolog dari tulisan ini dan juga J.Sumardianta dalam ‘Senjata Orang Yang Kalah’).

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter