PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Thursday, November 02, 2006

AKSES

Dalam bidang apapun akses merupakan sarana vital. Ia kadang bahkan tidak sekadar sarana tapi alat vital berbagai tujuan. Tengok, bidang teknologi informasi misalnya, akses menjadi urgen, mendesak dan perlu. Karena tanpa akses, tak akan internet tersambung. Tanpanya, tak akan BSC terhubung antar user. Disini, ia menjadi mutlak, harus ada dan bukan hanya pelengkap, suplemen, sarana atau apapun istilah yang hendak dipakai.

Di bidang ekonomi, akses juga dominan. Bahkan pemenang nobel ekonomi tahun 1998, Amartya Sen, menulis dengan amat memikat dalam bukunya "In Equality Reexamined" tentang pentingnya soal akses. Bagi Sen, akses amat penting guna meningkatkan kapabilitas orang.

Oleh karena itu, orang menjadi miskin karena ruang kapabilitas mereka kecil, bukan karena mereka tidak memiliki barang.
Dengan kata lain, orang menjadi miskin karena mereka tidak bisa melakukan sesuatu bukan karena mereka tidak memiliki sesuatu. Implikasinya, kesejahteraan tercipta bukan karena barang yang kita miliki, tetapi lebih karena akses yang memungkinkan kita memiliki barang tersebut.

Dalam sudut pandang korporasi, omzet sebuah kantor cabang, akan sangat ditentukan oleh akses. Apakah masyarakat punya akses ke suatu cabang, vice versa, harus dikaji secara mendalam. Dari sudut pandang 'aksesologi' ini terminologi manajemen pemasaran lalu akan diletakkan dalam konteks suatu sarana untuk membuka akses antara cabang dengan nasabahnya.

Pimpinan yang memiliki helicopter view, akan lebih bertumpu kepada akses daripada pendapatan jangka pendek. Sebab akses yang tergali pasti menumbuhkan keuntungan jangka panjang. Sebagai contoh, mari kita cermati posisi (place) cabang-cabang Pegadaian di sekililing kita dengan seksama.

Ijinkan saya mengambil contoh cabang Salemba, Jakarta Pusat. Letaknya yang di belakang dan kesulitan nasabah mencapainya secara praktis, menjadi kendala untuk mencapai lompatan tajam. Dulu, th. 1994, Cabang Pegadaian Salemba dan Cabang Pegadaian Jatinegara sama-sama menempati posisi klas satu dalam tataran klasifikasi cabang yang dibuat oleh kantor pusat. Kini cabang Jatinegara klas utama dan Salemba tetap. Itu semua, saya cari biang keladi utamanya terletak di akses.

Sudut pandang kita menjadi penyebabnya pula. Posisi kantor cabang jangan menghadap kedepan, kejalan, lihat jaman Belanda pandhuist selalu membujur ke belakang. Demikian antara lain salah satu pendapat yang mengemuka, yang akhirnya dipakai sebagai pembenar dalam 'peletakan' masalah Cabang Salemba. Padahal, kalau mau jeli. Dulu jaman Belanda cabang-cabang selalu membujur ke belakang karena agar kelihatan rumah dinas Beheerder yang dipakai oleh orang asli Belanda. Sedang inlander mesti di belakang.

Benar, bahwa keuntungan berkelanjutan - 'long term' lebih baik daripada pendapatan saat ini - 'short term'. Sebab, upah dapat memenuhi kebutuhan hidup tetapi keuntungan jangka panjang akan membuat kita memiliki masa depan.

Sehingga layak bila saya menyitir alegori penyair Jerman : Rainer Maria Rilke (1872-1926) yang menyatakan : "Apabila kehidupan sehari-hari terasa miskin, jangan kau keluhkan, tetapi sesalilah dirimu karena tidak cukup tabah untuk menggali kekayaannya"

Kembali ke masalah akses di bidang Teknologi Informasi. Online merupakan jawaban terkini 'untuk menggali kekayaan' seperti kata Rilke itu.

Saat ini, Depkominfo, sedang mengupayakan jaringan serat fiber optic terpasang di seluruh Indonesia, dan itu diperkirakan terealisasi 2008. Sekarang memang masih excisting hanya di Jawa Bali. Artinya, biaya online-isasi, tahun 2008 akan lebih murah dan lebih jernih, tidak perlu terhubung via satelit, seperti perbankan. Apa Pegadaian akan menunggu nanti ? Dijawab oleh Sen, Akses bukan sekadar networking atau relationship, tetapi lebih kearah best practise untuk menyejahterakan masyarakat. Dan kesejahteraan itu bukan masalah nanti, tetapi sekarang !

Jawaban senada pendapat Sen juga kita punyai, tertulis dalam slogan Pegadaian NOW : NOW or NEVER ! Ke laut aja lo !

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter