PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Tuesday, May 25, 2010

Risiko Operasional, masih ragukah ?



Manajemen Risiko bagi Pegadaian bisa dipastikan hanya mengarah ke satu titik yakni Risiko Operasional. Siapapun yang mengendalikannya arah itu pasti.

Dalam ranah manajemen risiko (Basel II) dikenal 8 risiko utama antara lain risiko keuangan tetapi itupun bagi usaha yang mendasarkan bisnisnya pada investasi, sedangkan Pegadaian tidak melakukan investasi sama sekali.

Risiko kredit dalam pengertian Pegadaian selaku pemberi kredit, bila nasabah melakukan wanprestasi sehingga kredit yang disalurkan Pegadaian tidak terbayar oleh nasabah. Istilah risiko kreditpun tidak berlaku bagi Pegadaian, karena pola kredit Pegadaian berbasis pada agunan. Sehingga pada dasarnya di Pegadaian tidak dikenal istilah bad debt ataupun Non Performing Loan dalam arti yang sesungguhnya entahlah kalau dalam arti kiasan. Setiap kredit yang tidak kembali, Pegadaian melelangkan agunan yang dijaminkan (KCA).

Tatkala saya meladeni konsultan yang telah terlebih dahulu dikontrak oleh pendahulu saya, maka bisa dipastikan mereka akan kesulitan memahami operasional hanya dalam waktu 3 bulan, ketika dengan kerja keras semestinya kami hanya sebagai nara sumber berubah menjadi setengah konsultan, maka akhirnya manualpun dipaksakan jadi. Hal ini membuat manajemen kebakaran jenggot, lalu saya menjanjikan dalam 2 minggu siap untuk memperbaikinya. Dalam hal ini konsultan bersangkutan sudah pergi menikmati bayarannya.

Saat manual kami sodorkan, manajemen silang pendapat, pro - kontra ! Lalu, langkah yang diambil, kami dikirim ke short course di Lembaga Manajemen UI. Hasil dari kawah candradimuka itu menurut hemat saya, manual sudah berjalan on-track. Sekalipun demikian, berdasar saran dari LMUI, saya tetap menindak-lanjuti dengan pertemuan rutin untuk mengkomunikasikan manual MR dengan internal audit dan Komite Audit. Komite Audit bahkan respek dengan hasil manual yang dalam bahasa mereka "pantas untuk di-ISO-kan". Bahkan bukan hanya itu, Dewas pun membentuk Komite Risiko guna mengantisipasi risiko stratejik. Ini bukan ngibul, karena rekan yang membawahi internal audit ikut sejak kursus sampai dengan pertemuan rutin tersebut.

Saya belum puas dengan hasil itu, sambil memperbaiki, draft manual saya kirim ke 5 wilayah secara acak. Perlu menjadi catatan disini, bahwa setiap kanwil telah mengirimkan 2 orang setingkat manajer untuk ikut diklat dari LMUI bersama kami tadi. Sehingga diharapkan terdapat kesamaan sudut pandang tentang binatang apakah MR itu ?

Disamping itu, ditengah jadwal mengajar diklat Pemeriksa Muda, saya menugasi siswa yang beberapa diantaranya programmer untuk membuat software sederhana pengganti pemakaian program excel, sekaligus parameter bahwa mereka telah memahami metoda RSA. Hasilnya menakjubkan (Thanks Eko cs) software tersebut memiliki nilai "jual" tinggi dibanding software sejenis yang ada di pasaran.

Lalu sayapun mengambil inisiatif untuk bersama rekan se Divisi MR melakukan studi banding ke perusahaan yang telah settled dalam mengimplementasikan Risiko Operasional sejak 2002 yakni Bank Mandiri. Hasil ziarah ilmiah praktis inipun menguatkan keyakinan saya bahwa Pegadaian mutlak memberlakukan RISIKO OPERASIONAL dan bukan risiko yang lain. Dengan memakai metoda Risk Self Assessment (RSA).

Perjalanan terakhir membandingkan "mazhab" teruji tatkala saya mengikuti diklat kepemimpinan di UGM. Setelah usai satu pelajaran yang dibawakan oleh mantan Dirut BNI, beliau akhirnya menyetujui bahwa risiko operasional menjadi satu aspek penting dalam bisnis Pegadaian. Risiko keuangan hanya akan sedikit mengganjal tatkala kebutuhan modal kerja menganggu likuiditas, permodalan dan risiko kredit.

Ironinya ketika akhirnya manual saya ajukan, manajemen yang dulu pro pun, bahkan menolaknya.

Bahkan jujur, saya melihat adanya risiko dalam pengambilan keputusan manajemen yang rekrut outsource (kontrak) untuk mengelola MR operasional dari ahli yang kurang memahami operasional Pegadaian. Kecuali jika nanti ternyata berbeda sudut pandang bahwa risiko operasional tidak tepat diterapkan di Pegadaian. Saya menyebutnya dengan beda mazhab.

Kini saya menunggu, apakah pengganti saya akan berbeda mazhab dalam meniti MR di Pegadaian. Manajemen Risiko Operasional, sudah saya yakini sebagai mazhab ter-shahih.

Jika sama, perjalanan pengganti saya memahami operasionalisasi di Pegadaian memerlukan waktu untuk tune in yang relatif tidak sebentar.

Berbahagialah kawan, karena mendapat dukungan penuh manajemen meski bukan karena mazhabnya. Itulah modal utama untuk menuju ke tercapainya tujuan MR yakni membangunkan kesadaran risiko. Untuk membangunkannya dibutuhkan dukungan penuh manajemen sehingga Divisi MR bisa bekerja dalam dua pilihan utama: by approval atau by opini. Saya ikut optimis MR Pegadaian jaya karena dukungan itu sehingga tercipta conduct risk assessment as an embedded activity.

Selamat bekerja !

4 Comments:

Blogger papanat said...

Pak Kis, tentu masih ingat dengan seloroh saya ketika Bapak mampir ke ruang kerja kami yang "futuristik"...
Waktu itu saya menanggapi cerita Bapak soal Manajemen Risiko dengan kelakar :"Pak Kis, pernah kah Bapak naik mobil turun dari Puncak tanpa menginjak rem? Justru kalau saya injak rem, teman yang duduk disamping saya malah marah besar (seperti orang kebakaran jenggot)...."
Kenapa dia marah? Karena yang menyupir mobil adalah teman saya...

4:35 PM  
Anonymous Anonymous said...

hah....??? sambil garuk-garuk kepala yg tidak gatal...

Ytk. papan at(as)
Jangan2 temanmu tdk tahu dimana letak rem...
Jangan2 dia marah, krn kamu lebih mengenal mobilnya ketimbang dia...
Jangan2 mobilnya jenis matic yg tidak bisa triptronic...
Jangan2 kamu atau aku, sok tau...

Yang mana nih ?

salam
KP

jika kamu rendah hati tak ada sesuatupun yg dpt mengusikmu, baik itu pujian maupun makian. Sebab kamu tahu siapa dirimu yg sebenarnya. Selamat bekerja kawan !

8:23 PM  
Blogger papanat said...

Ytk. K(ing)P(in)

Hahaha..
Mungkin yang tepat buat Bapak adalah poin 2...
Sedangkan yang tepat buat saya adalah poin 4...

Semoga sukses. GBU

6:27 PM  
Blogger Eko Wahyudiharto said...

Makasih bos, nama saya muncul di artikel... He he he.. Jadi gak enak body nih (mode tersipu malu: ON)

1:24 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter