PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Wednesday, February 16, 2011

In - Dividum


Jujur, ide tulisan saya kali ini terinspirasi komentar "kekaguman" Simon Rachmadi (SR) atas catatan pinggir Goenawan Mohamad (GM) pada Tempo edisi 14-20 Februari 2011 dengan judul "Istri Lot".

Tulisan Gunawan Muhammad amat bagus, seperti biasanya. Satu isu digulirkannya: bahwa kita perlu melihat orang sebagai wujud singular. Jika tidak demikian, paham ketuhanan kita akan menjadi ganas.

Saya mencoba menafsirkannya sebagai ajakan untuk melihat orang pribadi lepas pribadi sebagai suatu figur manusia yang utuh, tak terbagi, in-dividum; maka, ia disebut sebagai individu. Dan dalam keadaannya sebagai individu, maka ia bersifat unik (tak ada duanya). Wataknya khas, suaranya khas, profil dirinya khas. Maka, tak pada tempatnya jika ia diharuskan cocok dengan ukuran pihak lain.

Masalahnya, di dalam masyarakat, watak-watak khas ini bisa macam-macam modelnya. Kumpulan individu itu bisa dimodelkan seperti taman bunga: ada banyak orang dengan keunikan, sama seperti macam-macam bunga di taman nan indah. Perbedaan yang ada merupakan suatu keindahan yang elok. Dalam model ini, interaksi satu sama lain bersifat statis; beda tapi tidak saling melenyapkan.

Namun, kumpulan individu dengan macam-macam watak itu juga bisa dimodelkan seperti aneka satwa: ada orang yang seperti kelinci (lucu, jinak, mudah beranak); ada yang seperti kodok (mlembung kalau dipuji); ada yang seperti ular (lidahnya bercabang dan berbisa); ada yang seperti srigala (pemangsa yang setia pada kawanannya); dan sebagainya. Dalam model ini, interaksi satu sama lain bersifat seperti indahnya belantara rimba; hijau, rimbun, elok, dan ada matarantai makanan yang terselenggara: si ular memakan kodok; si srigala memakan kelinci; dan seterusnya.

Saya masih gelisah dengan pertanyaan ini: di manakah tempat individu (i.e. wujud singgular manusia) di dalam kebersamaan kita ? Apakah tempatnya seperti di taman bunga; ataukah seperti di hutan belantara ? (SR).

Pertanyaan lanjutannya, adakah titik singgung tulisan GM/SR dengan Pegadaian ? Berbeda dengan intro diatas; Perlu saya garis bawahi dengan tegas, bahwa tulisan saya kali ini sama sekali tidak menyinggung ranah agama. Saya justru hendak menyadarkan ke banyak pegawai Pegadaian tentang kompleksitas pengelolaan SDM.

Manajemen SDM seperti yang pernah saya pelajari, menyiratkan dua hal yang sangat urgen : Pengelolaan sistematis dan pengelolaan individual ! Keduanya tidak bisa dipisahkan, pun tidak bisa yang satu lebih penting dari yang lain, pula tidak dapat dikuantifisir 50-50. Mereka harus berjalan bersamaan, bergandengan tangan menuju arah tercapainya harmonisasi ke tujuan perusahaan.

Masalahnya adalah, pengelolaan individu yang kadang dikalahkan atau dimenangkan untuk legalitas suatu sistem yang dibentuk. Audiens (kata ini merujuk pada keseluruhan pegawai yang melihat keatas panggung pertunjukan pengelolaan SDM); sering terperangah tidak paham alur cerita yang terbungkus ke dalam satu kata sakti bernama strategi. Lalu munculah predikat emosional : KKN atau permainan atau bahkan ketidak adilan, lalu berujung lewat surat sakti, lewat Serikat Pekerja lewat jalur formal/hukum. Pada gilirannya memunculkan risiko reputasi dan citra perusahaan yang terkorbankan.

Keadilan hendaknya jangan dimengerti oleh audiens secara individual dengan membandingkan kondisi dirinya dengan obyek yang dimenangkan atau dikalahkan, sebaliknya bagi pengelola SDM, sistem yang legal juga jangan menjadi alat untuk mengabaikan penanganan individual. Kondisi yang berwilayah abu-abu ini hanya akan menjadi terasa "adil" jika kedua pihak, pegawai maupun pengelola SDM, sama sama menyadari kompleksitas perbenturan ranah sistem dan individual ini.

Model ideal seperti apakah yang layak dipentaskan dalam panggung pemaparan manajemen SDM di Pegadaian ? Disanalah letak seninya manajemen SDM. Tidak bisa meniru dan tidak bisa ditiru. Karena textbook dan praktek di perusahaan lain hanya menyinggung satu sisi (sistem) saja sedangkan keunikan individual terabaikan.

Manajemen SDM yang ideal tak pernah mengenal kata berhenti !.


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter