PEGADAIAN Indonesia

mengatasi masalah tanpa masalah

Wednesday, February 25, 2009

Terapi Pernafasan Untuk Sakit Kepala & Keletihan

(BREATHING THERAPY FOR HEADACHE & TIREDNESS)

Kita memiliki hidung berlubang disebelah kiri dan disebelah kanan. Apakah fungsinya sama untuk menarik dan membuang nafas ?
(Our noses have left and right nostrils. Are these nostrils having the same function for inhaling/"breathe- in" and exhaling/"breathe- out"?).

Sebenarnya fungsinya tidak sama dan dapat kita rasakan bedanya, sebelah kanan mewakili matahari (mengeluarkan panas) dan sebelah kiri mewakili bulan (mengeluarkan dingin).
(Actually it's not the same and we can feel the difference. Accordingly, the right side represents the sun/"heat" and the left side represents the moon/"cold") .

Jika sakit kepala, cobalah menutup lubang hidung sebelah kanan dan bernafaslah melalui hidung sebelah kiri dan lakukan kira-kira 5 menit, sakit kepala akan sembuh.
(When having headache, try to close your right nostril and use your left nostril to do breathing for about 5 min. The headache will be gone).

Jika anda merasa lelah, tutuplah lubang hidung sebelah kiri dan bernafaslah melalui hidung sebelah kanan. Lakukan bolak-balik. Tak lama kemudian, anda akan merasakan segar kembali. Sebab lubang hidung sebelah kanan mengeluarkan panas, sehingga gampang sekali panas, lubang hidung sebelah kiri mengeluarkan dingin.
(If you feel too tired, do it the opposite way. Close your left nostril and breathe through your right nostril. After a while, you will feel refresh again. Because the right side belongs to heat, so it gets hot easily. The left side gets cold easily).

Perempuan bernafas lebih dengan hidung sebelah kiri, sehingga hatinya mudah sekali dingin. Laki-laki bernafas lebih dengan hidung sebelah kanan, sehingga mudah sekali marah.
(Women breathe mainly with their left nostril, so they get calm down easily. Men breathe mostly with their right nostril, so they get angry easily).

Apakah anda pernah memperhatikan pada saat bangun, lubang hidung sebelah mana yang bernafas lebih cepat ? Sebelah kiri atau kanan ? Jika lubang hidung sebelah kiri bernafas lebih cepat, anda akan merasa sangat lelah.Tutuplah lubang hidung sebelah kiri dan gunakan lubang hidung sebelah kanan untuk bernafas, anda akan merasa segar kembali dengan cepat.
(When we wake up, do we notice which nostril breathes faster? Is it the left side or the right side ? If the left nostril breathes faster, you will feel very tired. Close your left nostril and use your right nostril for breathing and you will get refresh quickly)

Cara tersebut boleh diajarkan kepada anak-anak, tetapi efeknya akan lebih manjur jika diterapkan kepada orang dewasa.
(You can teach your kids about it. The effect of breathing therapy is much better for adults).

Saya biasanya merasakan sakit kepala, dan rasanya nyeri. Kemudian saya berobat ke dokter dan beliau bercanda : "Anda akan sembuh jika berumah tangga !" Dokter itu tidak bicara omong kosong. Apa yang dia sampaikan didukung dengan teori dan kesaksian. Selama itu, setiap malam saya merasakan sakit kepala dan tidak dapat belajar. Saya makan obat, tetapi tidak dapat sembuh.
(I used to have painful headache. When consulted a doctor, he told me jokingly," You will be all right if you get married!" The doctor did not bullshit me as he had his theory and supported with testimony. During that time, I used to have headache every night and I was not able to study. I took medicine but I was not cured).

Pada suatu malam. saya duduk bermeditasi dan menutup lubang hidung sebelah kanan dan bernafas dengan lubang hidung sebelah kiri. Dalam kurang dari satu minggu, sakit kepala saya sembuh. Saya teruskan melakukannya selama 1 bulan, sejak malam itu sampai sekarang , sakit kepala saya tidak kambuh lagi.
(One night as I sat down to medidate, I closed my right nostril and breathed with my left nostril. In less than a week, it seemed that my headache problem had left me! I continued doing it for about a month and since then there was no recurrence of headache in me).

Ini adalah pengalaman saya sendiri. Saya beritahukan hal ini kepada orang lain, jika sakit kepala, cobalah cara tersebut, sebab sangat efektif buat saya. Banyak orang lain telah mencobanya dan berhasil. Ini adalah terapi alami, tidak seperti makan obat dalam jangka panjang yang memungkinkan ada efek sampingnya. Jadi kenapa anda tidak mencobanya ?
(This is my own experience. I used to tell others who also suffer headache to try this method as it was effective for me. It also works for those who have tried as well. This is a natural therapy, unlike taking medicines for a long time may have side effect. So, why don't you try it out?).

Dengan mempraktekkan terapi pernafasan ini secara benar (menarik dan mengeluarkan nafas), kondisi tubuh anda akan sangat rileks.
(Practice the correct ways of breathing/ "breathe in and breathe out" and your body will be in a very relaxing condition).

(berdasar email dari Joko Ponco Susilo)

Tuesday, February 24, 2009

Pamurba Wirama as Javanese Leadership


The fundamental leadership has a paradigm significantly approach, especially in a traditional Javanese culture. Javanese leadership is the way they motivate their
people who work or follow them, and this sets the tone for most other aspects of what they do.

Leaders do not have subordinates - at least not when they are leading. Many organizational leaders do have subordinates, but only because they are also managers. But when they want to lead, they have to give up formal authoritarian control, because to lead is to have followers, and following is always a voluntary activity.

Telling people what to do does not inspire them to follow you. You have to appeal to them, showing how following them will lead to their heart's desire. They must want to follow you enough to stop what they are doing and perhaps walk into danger and situations that they would not normally consider risking.

Leaders with a stronger charisma find it easier to attract people to their cause. As a part of their persuasion they typically promise transformational benefits, such that their followers will not just receive extrinsic rewards but will somehow become better people.

In that manner, Javanese has a specific tradition. They put their way to lead by practising in a music traditional that called Karawitan – such an orchestra - that played with gamelan. In different manner with other orchestra who need a leader – usually called ‘dirigent’ – Karawitan no need a specific dirigent. They lead their rhythm, by special instruments that called ‘kendang’. If they want their music dynamic, so kendanger will hit the instrument in a faster rhytmic or slower; to do so if they want hard or soft music by hit hardly or softly too.

"Gamelan gets its name from the low Javanese word 'gamel', which means a type of hammer, like a blacksmith's hammer. The name 'gamelan' refers to the method of playing the instruments - by striking them - as they are almost entirely percussion." (Lindsay, J. (1979). Javanese Gamelan. Oxford: Oxford University Press, p.9) "The bronze gamelan instruments are made from a mixture of copper and tin; three parts tin to ten parts copper." (Lindsay,1979, p.19)

Whatever kendanger hit it’s instrument, other instruments likes bonang, kempul and saron, will followed with. Although many times I am watching karawitan, many times too I am amaze with surprise. How comes they makes as such beautiful harmony ?

As a Javanese we know that answer, kendang as a harmonize leader called in javanese language as PAMURBA WIRAMA. That means someone who has power to lead the rhythm so everyone in these orchestra has the same contribution in making the best harmony. Look... !, inspite of the same instrument kempul and ‘kempul’ have a different time to played. So, such other instruments, bonang (barung) and bonang (panerus), even in the same place and position (so such the same manner to play on), they played togetherness but not in the same time to play/hit.

If kendanger analoog with a javanese leader. A special manner takes by these orchestra. A leader stayed in the middle of other player. He stayed not in front of others and sloping by his finger, asking other to do his command. No...!!! He leads by playing his instrument. He leads ‘with others’ not only ‘by others’. It is the essentials of javanese leadership.

By my experience more than 32 years working in Pegadaian. Those specific trend in Javanese leadership should be combined with a high grade of knowledge aimly present a condition like this :

What do you think ? How about that red reports ? The essential subject as we knows in leadership management should be “change”, but in javanese leadership just 'stability'. So do in conflict subject, it should be “uses” but in javanese leadership just only 'avoids'. Are those sides our weaknesses or by permissif, strengthness ?

The moral story is, be a good Javanese Leader by knowing your black area ...!!!

Tuesday, February 17, 2009

UPC, GCG kah ???


Ketika ada Unit Pelayanan Cabang (UPC) di sebuah Kanwil meledak dengan Taksiran Tinggi hingga mencapai angka yang cukup fantastis 2,6 M, meski masih potential lost saya terhenyak sekaligus terkejut. Berbagai perasaan campur aduk tidak menentu, entahlah..., yang pasti geram !

Bagaimana tidak ? Angka itu cukup signifikan, sangat tidak masuk akal jika tidak terdeteksi. Ditinjau dari sisi cash flow, UPC yang biasanya mengucurkan duit ratusan ribu hingga puluhan juta bisa menggelontorkan uang sedemikian banyak. Angka dan grafik yang alpa dipelototi ini saya tanyakan ke auditor dan jawaban bak diplomat meluncur dengan entengnya "karena Tebusan di cabang induknya ... besar !". Apakah membesarnya tebusan mendadak sehingga trennya menaik, menurun atau statis, sebenarnyalah hal ini bisa dilihat dari sudut financial mgt.

Bagaimana dengan pengelola UPC ybs ? Ke-tidak kompeten-an menjadi faktor utama.
Seseorang yang asal berpredikat penaksir saat ini menjadi barang langka. Tidak peduli berpengalaman atau tidak, tak acuh mereka pernah mendapat tunjangan fungsional dalam arti pernah bertugas selaku penaksir atau belum. Tugas sebagai pengelola UPC telah di SK-kan.

Mari kita telaah keberadaan UPC dari sudut GCG. Sebagai sub spesies dari ranah ilmu Manajemen Risiko, GCG mensyaratkan TARIF sebagai kependekan dari Transparency, Accountability, Responsibility, Independency & Fairness.

Ketika Fiatur dan Otorisator menjadi satu dalam diri Pengelola UPC, maka unsur Accountability perlu dipertanyakan. Saat pembagian kerja sebagaimana tertuang dalam buku contoh 43 yang dilaksanakan di Cabang Induk tidak diberlakukan di UPC maka kepahlawanan pengelola sebagai one man show perlu dikaji ulang sisi Transparency untuk implementasinya. Jika Kuasa Pemutus Kredit diganti dengan wisata nasabah atau sebaliknya penaksir madya yang berwisata antar UPC, maka bisa dipastikan aspek pelayanan 15 menit terabaikan.

Kembali ke induk ilmu GCG yaitu Manajemen Risiko, pengelolaan UPC pada akhirnya akan memunculkan Financial Risk berupa marginal cost akan lebih besar dari marginal revenue (MC > MR) dan ini bisa dilihat dari laporan keuangan perusahaan nantinya.

Itu semua muaranya terjadi pada Operational Risk akibat faktor eksternal. Jika anda paham Risk Management, gampang dicari penyebabnya, tapi jika anda tidak paham silakan tanya pada ahlinya di diri pak Sofyan Djalil, Meneg BUMN, yang pakar GCG.

Monday, February 02, 2009

Awas SBK Palsu !

Surat Bukti Kredit atau lazim disingkat SBK bagi pegawai lini depan Cabang Pegadaian sudah menjadi menu sehari-hari. Meski demikian percobaan pemalsuan masih saja terjadi. Kali ini kejadiannya di cabang sekitar Bogor. Selembar SBK di copy dengan alat foto copy berwarna dan dipakai untuk menebus. Jika ditinjau dari sisi bentuk dan warna SBK palsu tersebut sama sekali tidak menampakkan perbedaan signifikan.

Untungnya - ini ciri khas bahasa yang dipakai umumnya orang Jawa, kalau orang Betawi biasanyanya mengatakan 'Bodohnya' - si Nasabah menebus barangnya terlebih dahulu dengan SBK asli. Akibatnya ketika SBK palsu dipakai untuk menebus langsung Siscadu menyatakan barang telah ditebus. Bahkan di cek ke Gudang, BJ pun tiada.

Bagaimana halnya jika Nasabah menebus dengan SBK foto kopian terlebih dahulu ? Inipun, menurut hemat saya, gampang tertangkap. Asumsinya demikian, Kasir Cabang kelas III setiap hari rata-rata memegang 100-an lembar SBK, 50 tebus dan 50 gadai. Kebiasaan memegang kertas SBK ini akan menghasilkan pemahaman tentang jenis kertas dari sisi ketebalan, kekasaran/kehalusannya dan kualitasnya secara keseluruhan.
Yang namanya asumsi, selalu saja membuka kemungkinan terburuk. Hal ini terjadi manakala Kasir tersebut adalah pegawai baru yang minim pengalaman. Disinilah peran Manajer dalam konteks "setiap manajer adalah manajer resiko".

Satu permintaan saya, sebarkan ini ke Cabang-cabang selindo !


Damai Sejahtera @ Terima Kasih

Free Website Counter